media
Kick Andy MetroTV
Diundang di Acara Kick Andy
Ada
telpon yang menghubungi nomer ponsel saya. Telpon itu dari Mas Bronto
Metro TV, “Mas, Saya dari Kick Andy mau menyampaikan undangan untuk
datang di acara Kick Andy.” Awalnya saya cuma mengira untuk melihat
acara. Ternyata bukan. Justru kita undang untuk mengisi acara
fotojurnalis bertajuk cerita dibalik foto. Khusus saya, membahas tentang
Prostitusi di Indonesia lewat foto.
Saya bertanya, “Mengapa saya dipilih jadi narasumber di Kick Andy, fotojurnalis lain banyak yang lebih hebat.” Mas Bronto menjawab “Ini kita sudah melalui riset. Ada yang istimewa karya foto mas yuyung, berbeda dengan yang lain. Banyak cerita humanis dalam dunia prostitusi yang telah diabadikan. Sehingga kita menjadikan mas Yuyung sebagai salah satu narasumber bersama 3 fotojurnalis lainnya.”
“Wooow, dengan senang hati bisa tampil di acara paling beken”, jawab saya kegirangan.
Saya
datang di Metro TV, 25 Juli 2012, bersama fotojurnalis lainnya,
Solahudin (Jawa Pos), Kemal Jufri (Time) dan M. Irvan (Media Indonesia).
Sebuah foto mampu mengungkapkan cerita dibalik foto itu sendiri dikupas
dalam acara ini. Saya ditanya bagaimana menjelajah dunia prostitusi
sehingga bisa terbit buku sex for sale 27 kota di Indonesia, termasuk
Singapore dan Las Vegas. Lantas membahas sisi humanis seorang pekerja
seks.
Di
Jalan Panglima Sudirman, Surabaya. Pekerja seks senantiasa menjajakan
diri di pinggir jalan. Semakin lama tempat ini semakin banyak saja ABG
menjual diri dengan sistem drive thru. Fenomena prostitusi di
pinggir jalan ini mencoreng wajah pemerintah kota Surabaya. Sebab itu,
dilakukan lah razia terus menerus. Hingga akhirnya ada penjual jasa seks
mensiasati cara menjajakan diri.
Seorang
ibu muda bersama anak kandung berumur 2 tahun dan orang tua
perempuannya (nenek) berdiri di halte bis. Mereka berada di halte bis
bukan untuk menunggu bis, tapi menjajakan diri. Mereka melakukan cara
ini agar bila ada satpol PP, terbebas dari razia. Lantaran tidak mungkin
seorang ibu dengan keluarganya menjual diri.
Ibu
muda memisahkan diri dari anak yang digendong neneknya, meski masih di
dalam halte yang sama. Tujuan si ibu memisahkan diri, supaya tidak
dianggap mau menunggu angkutan oleh pengendara yang mau membooking.
Namun, anak yang berada digendongan neneknya menangis ingin dekat dengan
mamanya. Hanya saja, kalau dekat dengan mamanya, tentu saja mamanya
tidak bisa menjajakan diri. Lantaran tidak ada pengendara yang mau
mampir. Begitu lah seterusnya hingga dalam waktu lama, tidak ada yang
membooking. Akhirnya mereka bertiga kembali pulang. Saya di dalam
kendaraan menangis sesenggukan sambil memotret. Ini sangat menyayat
hati.
Ada
juga kisah menarik. Pengalaman saya memotret pekerja seks di
Bangunsari, Surabaya. Pekerja seks ini dalam keadaan hamil. Umurnya
masih sekitar 16 tahun. Saya akhirnya menungguinya hingga melahirkan.
Rencananya memang saya bikin story photo. Ketika sampai waktunya
melahirkan. Orang kampung membawahnya ke bidan. Tatkala anak ini
melahirkan, saya dihubungi oleh mas Yoris, Yayasan Embun. Ketika saya
datang di rumah bidan. Ibu-ibu yang mengantar tadi pada menggunjing
bahwa saya dianggap pacar yang tidak bertanggung jawab. Saya melarikan
diri ketika anak ini hamil. Haahaahaha, bagaimana saya menjelaskan
kepada orang yang tidak tahu ini.
Saya menyiapkan uang untuk proses kelahirannya. Bahkan saya juga minta ijin bidannya untuk memotret. Ia memperbolehkan. Saya tunggu di luar hingga proses persalinan dimulai. Rupanya, hingga 1 jam menunggu bayi itu tidak nongol. Maka bidan memberi tahu saya bahwa peroses kelahirannya tidak bisa berjalan normal. Ini harus di operasi caesar. Dalam pikiran saya, ini habis biaya berapa ya?
Saya
minta pendapat ke teman-teman, sekiranya tempat yang murah untuk
operasi ceasar. Mereka menjawab, tidak ada yang murah, kecuali Rumah
Sakit Umum Dr. Soetomo. Ya sudah. Akhirnya berbondong-bondong lah kita
ke RSUD tersebut. Di tempat ini, saya meminta ijin bila diperkenankan
akan memotret persalinannya, dengan biaya saya tanggung. Pihak rumah
sakit memperbolehkan, asal pasienya juga boleh. Tapi setelah tau, bahwa
yang difoto ini adalah pekerja seks, mereka akhirnya menolak saya
mentah-mentah. Mereka menutup akses buat kita. Akhirnya kita
meninggalkan RSUD. Tanpa tahu bagaimana penyelesaiannya.
Post a Comment
0 Comments