artikel
Peluang dan Tantangan Industri Fotografi di Era Disrupsi 4.0
Peta bisnis fotografi
Profesi
apa yang paling membahagiakan? Salah satunya adalah fotografer.
Penelitian ini pernah dilakukan secara resmi di Jepang. Di beberapa
situs saat ini pun kerja fotografer masih dianggap sebagai kerja yang
membahagiakan. Apa yang melatarbelakangi kerja ini sebagai pilihan
favorit. Lantaran proses kerjanya yang menyenangkan, tidak hanya
pendapatannya. Seolah hobi yang dibayar. Kadang mempekerjakan otak
kanan, melibatkan karya seni, imajinatif, kreatif, membuat kerja jadi
rileks. Dari sekian jenis fotografi, maka fotografi yang paling
membahagiakan adalah travel photography, prewedding, food photography
dan fotografer fashion.
Berbicara
lingkup fotografer, dibagi dalam beberapa segmen sesaui dengan
karakteristiknya, yakni professional, hobi, komersial, akademisi dan
eksistensi. Masing masing fotografer ini memiliki karakteristik berbeda.
Misalnya fotografer professional berkaitan bidang jurnalistik,
kenegaraan, informasi (kominfo), dokumenter. Arti professional bukan
merujuk pada profesi yang dijalani, namun lebih tertuju pada fotografer
tersebut mendapatkan gaji dari institusi. Hasil foto dinilai atasannya,
misalnya redaktur, maupun kepala bagian sebagai penanggung jawwabnya.
Walaupun ketika dipublikasikan juga akan dinilai khalayak.
Fotografi
sebagai hobi juga mempunyai karakter berbeda. Dasar fotografer hobi
adalah kecintaan pada fotografi. Latar belakang fotografi hobi,
kadangkala bukan seorang fotografer yang memperoleh pendapatan dari
pekerjaannya. Tapi, justru adakalanya pimpinan, pengusaha, pengajar,
pekerja yang kerjanya tidak berkaitan dengan dunia fotografi. Mereka
justru membeli peralatan fotografi jauh lebih mahal dibanding fotografer
komersial maupun professional. Mereka mengikuti lomba foto untuk
menaikkan prestigenya.
Standar penilaian fotografer hobi, meski tergantung dengan kesukaan diri sendiri, tapi apabila foto itu dipublish, viewer (pembaca
foto) juga akan menilai. Nilai terbaik tergantung jumlah pengikut,
komentar dan yang suka. Mereka merasa memiliki kebebasan, dinilai maupun
tidak dinilai. Fotografi hobi ini tujuan utamanya bukan mencari
pendapatan, meskipun pada akhirnya juga mendapatkan incomedari hasil fotografinya.
Sedangkan
fotografi komersial, fotografer dinilai dari hasil fotonya yang
digunakan untuk kepentingan komersial. Misalnya iklan, skala kecil
maupun besar. Sewaktu hotel yang dibangun sudah selesai dan akan di-launching,maka
hotel tersebut memerlukan foto untuk kepentingan publikasi. Tampilan
eksterior dan interior. Foto hotel dari luar, dengan pengambilan tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Foto interiornya lebih tertuju
pada kamar, fasilitas, lobby reception. Untuk mendapatkan klien foto ini
tergantung juga pertemanan, jaringan maupun portofolio. Kecuali sudah
dikenal dan diakui secara luas. Termasuk dalam hal ini foto korporasi,
migas, pertambangan maupun manufaktur. Begitu juga food photography.
Walaupun fotografer makanan sebagian endorse, tapi juga ada untuk kepentingan iklan.
Dulu
pemotretan perhiasan selalu melibatkan fotografer komersial.
Sebaliknya, kini memotret perhiasan sekarang, perusahaan ini sudah
memperkerjakan seorang fotografer untuk memotret produk design
perhiasan. Mereka tidak lagi menggunakan fotografer dari luar, kecuali
untuk kepentingan iklan. Memang akhirnya fotografer komersial tersisi
kan menjadi fotografer institusi.
Fotografi
adalah bidang yang tidak bisa berdiri sendiri dalam bisnis. Fotografi
selalu melekat bidang lain. Dalam media cetak maupun online. Foto berada
dalam satu kesatuan dengan desain grafis, infografis, layout,
karikatur, dan berita (tulis). Begitu juga pada buku, majalah, website.
Foto selalu berada di subordinat bidang yang membawai seperti media.
Tidak
jauh berbeda foto yang digunakan pada online shop. Butuh promosi
terhadap produk agar diketahui masyarakat. Tahap selanjutnya dari
promosi, produsen harus menjaga kualitas untuk diakui. Dalam
mempormosikan produk, dibutuhkan foto dalam mengisi website market place.
Pertanyaannya, apakah mereka butuh jasa fotografer? Diantara produk
yang ditampilkan. Ada dari produk UMKM maupun dari high great product.
Tentu, terdapat kelas (tingkatan) pendapatan. Bila pendapatan kecil,
tidak mungkin mereka butuh jasa fotografer, apalagi professional.
Biasanya mereka memotret produknya sendiri, lantas di-publishdengan segala keterbatasannya. Lantaran tampilan fotonya tidak menarik, viewerpun
tidak tertarik untuk melihat. Maka, diperlukan pelatian agar produsen
UMKM bisa memotret. Peran jasa fotografer tidak lah besar di sini,
padahal ini potensial untuk bisnis fotografi. Sayangnya mereka, bukan potensial buyerbagi fotogrfer. Posisi fotografer untuk bisnis market placeakhirnya
hanya sebagai mentor, pembimbing untuk menjadikan produsen bisa
memotret. Fotografer mengajari para UMKM yang diwadai instansi
pemerintah agar bisa memotret walaupun menggunakan handphone. Celah
bisnisnya adalah para photography trainer. Tentu, saja pendapatkannya tidak lah besar dan hanya tertuju pada fotografer yang memiliki nama.
Income From Photography
Peta
bisnis fotografi dibagi menjadi tiga kategori besar, yakni teknologi
fotografi, jasa foto dan entertaint foto. Bisnis teknologi fotografi
berkaitan dengan jual beli kamera, lensa, filter, modifikasi kamera IR,
lighting studio, sewa lighting studio maupun service kamera. Rana jual
beli kamera lebih banyak melibatkan korporat dan distributornya.
Sementara area bisnis individu berkorelasi dengan jual beli kamera
bekas, modifikasi kamera IR dan beberapa penanganan servis kemera.
Penjualan kamera yang semakin banyak membuat perkembangan fotografi
semakin menggila. Meskipun pada akhirnya disalip dengan kamera hape.
Kedua,
jasa fotografi berhubungan dengan pemotretan, penjualan foto, pembuatan
foto kalender, pamflet, annual report, brosur, company profile, baliho
maupun billboard. Yang ketiga, entertaint dalam fotografi yang meliputi
lomba foto, tour photo hunting foto komunitas, penggunaan tempat
pemotretan maupun seminar fotografi. Kini, lomba foto sangat marak
diadakan di setiap daerah. Lomba foto menjadi kegiatan rutin yang
diadakan dalam skala besar maupun kecil. Kerjasama dengan pihak sponsor
membuat lomba itu semakin besar. Sementara, hunting foto pun menjadi
bisnis sampingan yang menarik. Mereka mengorganisasikan acara hunting
dengan menyediakan model, termasuk make updan busana, serta penyediaan konsumsi dan menyewa tempat. Hunting foto maupun lomba foto dikoordinasi komunitas fotografi.
Untuk tour photobiasanya
menggabungkan wisata dan memotret. Memerlukan kerjasama komunitas foto,
sponsor dan biro perjalanan yang menawarkan jasa untuk tour sekaligus
hunting foto bersama. Dalam rana entertain foto, relasi yang dibentuk
bisa bersifat komunal. Satu dengan yang lainnya saling berhubungan.
Namun, pasar yang dituju adalah fotografer. Sebaliknya untuk jasa foto,
relasi yang terbentuk antara fotografer dengan klien, bukan fotografer
dengan fotografer.
Fotografi
sebagai bidang jasa komersial tidak bisa berdiri sendiri. Fotografi
selalu berkaitan dengan dengan bidang kerja lain. Hubungan itu
bisa dalam posisi sejajar atau berada sebagai subordinatnya. Dengan
kata lain, hubungan tersebut dapat bersifat horisontal maupun vertikal.
Hubungan vertical, punya arti bahwa fotografi berada dibawah bidang
kerja lain secara struktural. Misalnya, korporat biasanya memiliki
humas. Fotografi dalam ranah public relationitu digunakan untuk
mendokumentasikan kegiatan perusahaan sebagai bahan laporan. Posisi
fotografer dalam hal ini berada bawah struktur kehumasan.
Fotografi Wedding terikat dengan usaha
paket pernikahan. Fotografi menjadi satu kesatuan dengan dengan jasa
pernikahan lainnya. Berkolaborasi dengan perias penganten, busana
(bridal) dan dekorasi pengantin. Foto pendokumentasiannya juga terkait
dengan video. Hanya saja, tiap semua fotografer mau berada di bawah
usaha one stop wedding service atau berdiri sendiri. Kadang fotografer
yang memiliki nama besar tidak ingin berada dibawah subordinat jasa
wedding service. Ini disebabkan nama pemotretnya tidak dikenal klien dan
pendapatannya jauh lebih rendah.
Untuk fotografi advertising, materi foto menjadi bahan dasar desain iklan. Bidang fotografi ini dibawah kendali director of artdalam
biro iklan. Ide maupun maupun kreatifitas pun juga harus disesuaikan
dengan director of art dan klien memberi assignment. Sedangkan media
cetak, fotografi sebagai penunjang berita. Fotografer bekerja sama
dengan reporter tulis di bawah kewenangan redaktur.
Fotografi
tidak lagi melihat dunianya sendiri. Dalam dunia usaha, fotografi
terkait dengan foto yang menarik pasar secara komersial, foto secara
populer diminati khalayak maupun foto bagian dari riset.
Nilai Jual Fotografer
Bisnis
fotografi semakin kompetitif dengan masuknya fotografer pedatang baru
di ranah bisnis. Semua orang bisa dengan mudah menjadi fotografer.
Namun, penghargaan hasil karyanya dalam nilai materi ditentukan nama
besar yang disandang. Nama besar ini berelasi dengan nilai jual.
Fotogafer yang tidak terkenal memiliki nilai jual yang lebih rendah
dibanding yang sudah terkenal. Harga foto menjadi mahal tergantung nilai
jual fotografernya.Harga foto ditentukan oleh siapa yang memotret. Bisa
jadi, seorang Darwis Triadi akan mendapatkan ratusan juta dalam hasil
pemotretannya, sedangkan fotografer baru hanya mendapatkan jutaan rupiah
atau hanya hitungnan ratusan ribu.
Nama
besar dibangun dari prestasi, keahlihan, karya besar, kapasitas,
kredibilitas, kompetensi maupun kapabilitas. Popularitas itu dapat
diperoleh dari beberbagai tahapan. Dimulai memenangi lomba foto,
memasang hasil fotonya (porto folio) di situs lantas mendapatkan
apresiasi klien, ataupun rajin mengirim hasil foto ke media. Menang
lomba foto, pada akhirnya orang banyak mengenal.
Seorang pemula dalam fotografi harus terlebih dahulu membangun nama, dengan cara:
- lewat lomba foto
- menjadi komunitas di situs
- menerbitkan buku
- pameran
- kerap mengirimkan hasil karya foto di media cetak.
Memenangi
lomba foto menaikan popularitas nama sekaligus mendapatkan hadiah. Bisa
juga, foto yang ditampilkan di situ, fotografer yang karyanya menonjol
akan dikenal fotografer lain juga. Mempunyai keistimewaan dari
karakter foto yang dimiliki. Selain itu, juga melalui pendidikan lewat
jalur prestasi maupun membuat buku. Hanya saja pembuatan buku tidak
dilirik orang ketika namanya tidak terlalu dikenal orang. Membuat buku
memang tidak terlalu menjadikan secara finansial. Royalty yang didapat
seorang fotografer dalam menulis buka hanya berkisar 7-10% dari nilai
jual yang rilis penerbit, kecuali buku itu diterbitkan sendiri. Bila
pemasaran buku dilakukan sendiri, kendala yang dihadapi pada persoalan
penjualan. Artinya bisa buat buku tapi gak bisa jual. Dengan adanya
situs jejaring sosial, sedikit banyak membantu penjualan. Dibutuhkan
jaringan yang banyak, kepopuleran nama dan kepercayaan. Manfaat membuat
buku meningkatkan nilai jual dan mendapatkan apresiasi lebih tinggi
ketika menjadi pembicara dalam seminar.
John
tefon, praktisi digital imaging yang menjual jasa aplikasi editing
berbasis adobe photoshop action. Dia menggunakan digital dark room.
Awalnya profit yang didapat dari penjualan buku yang sebelumnya dia
tekuni, tapi tidak banyak menguntungkan dari segi royalty. bisnis
digital dark room yang dia lakukan tidak lagi bekerja sama dengan
penerbit. Keuntungan hanya berdasarkan royalty yang hanya 7-10 %. Dia
menangani bisnisnya sendiri dengan menggunakan media facebook untuk
memasarkan prosuknya, Dia memproduksi dan mencetak sendiri cover DVD
beserta aplikasi prakatisnya. Dia memiliki beberapa seri aplikasi.
Setiap seri dia menjual seharga 250 ribu. Melalui cara pendekatan, dia
mengunjungi klien dengan di beberapa kota untuk terus menjalin hubungan.
Dengan mengadakan workshop gratis dia melakukan tour dari kota ke kota.
Pertama kali yang dia lakukan dengan memberi gratis salah satu
aplikasi. Setelah klien puas, jika ingin mendapatkan aplikasi yang lain,
dia dapat membeli melalui pemesanan.
Sementara,
stratifikasi sosial fotografer menentukan akses untuk mendapatkan
relasi pada kelas lebih tinggi. Semua orang bisa memotret, tapi tidak
semua orang bisa mendapatkan akses, kesempatan dan hak previllage untuk
masuk dalam institusi atau lingkungan tertentu. Seorang fotografer
dengan tingkat pendidikan mempengaruhi pergaulan dan akses. Tidak semua
orang mendapatkan akses ketika dia hanya berkenalan atau berhubungan
dengan strata sosial lebih tinggi. Setiap orang bisa membuat jaringan.
Tetapi akses kepada penentu kebijakan tergantung dari pertemanan dan
relasi.
Variasi Nilai Foto
Foto-foto
bisa dihargai mahal, sekaligus foto menjadi tak bernilai. Tergantung
keekslusifan foto tersebut dan tidak kebanyakan orang lain tidak dapat
melakukan hal itu. Harga foto Britney Spear ketika masa jayanya ketika
diburu paparazi mencapai nominal 450 juta persatu foto. Namun, ketika
setelah popularitasnya turun, fotonya menjadi tidak bernilai. Foto bayi
kembar, Vivienne Marcheline dan Knox Leon dari pasangan artis ternama
Brad Pitt dan Angelina Jolie yang dibuat foto agency Getty Image
dihargai USD 14 juta. Foto tersebut lantas digunakan majalah Hello dan
People. Agustus 2008.
Di
Indonesia, harga foto ekslusif tidak bernilai tinggi. Seorang
fotografer tidak banyak memburu kehidupan bermasalah artis-artis
indonesia. Sebab, harga fotonya tidak sesuai dengan pengorbanan
fotografer yang menyanggong begitu lama, biaya hotel, biaya
akomodasi dan pemberian tip bagi sumber informasi.
Fotografer yang mengkhususkan memburu foto para selebreti ini dikenal dengan
Nama
paparazi. Asal katanya dari Itali, yang bermakna kegilaan. berkembang
maknanya, menjadi sekelompok fotografer yang lebih mengkhususkan diri
memburu foto kaum selebreti. Di Indonesia, paparazi nyaris tidak ada.
Alasan utama, Karena tidak ada yang istimewa dari kelompok selebriti
kita untuk diburu dengan foto dengan harga istimewa. Kedua tidak ada
seorang fotografer yang khusus memburu dan menunggu berhari hari dengan
menghabiskan jumlah nominal cukup banyak sementara hasil fotonya
dihargai rendah. Tidak ada media yang berani membayar mahal foto
ekslusifnya para selebreti.
Pendapatan
Pendapatan
fotojurnalis tergantung besar kecilnya media yang menaungi fotografer
tersebut. Untuk media cetak besar, seperti Jawa Pos dan Kompas memberi
standar gaji yang besar untuk fotografer. Sementara grade media cetak
dibawahnya, memberi gaji lebih kecil.
Sedangkan
kantor berita asing maupun nasional memberi standarisasi sangat
variatif. Berbagai kantor berita asing yang buka perwakilan di
Indonesia, seperti Reuters, AP, AFP, Getty Image, EPA, imaji photo.
Masing-masing kantor berita, biasanya untuk setiap negara, hanya
memiliki satu karyawan tetap. Selain itu, ada tiga pilihan:
- kontrak - mendapatkan gaji setiap bulan
- kontributor yang mendapatkan gaji setiap bulan
- stringer / freelance tidak mendapatkan gaji
Seorang
stringer, kadang dalam peliputan besar dalam 4 hari bisa memperoleh 13
juta. Mereka bisa mendapatkan dari tanggungan uang transport, akomodasi,
dan pulsa HP sebagai biaya operasional. kelebihan uang ini bisa menjadi
rejeki tersendiri bagi stringer. Termasuk pendapatan dari foto yang
dimuat. Namun, bila tidak ada peristiwa yang besar, fotografer stringer
kadang dalam satu bulan hanya mendapatkan 500 ribu. Ini banyak dialami
para stringer AP, EPA, AFP dan Reuters, Getty image, Imaji Photo di
Indonesia. Maka, stringer mensiasatinya dengan tetap bekerja di koran
tapi nyambi mengirimkan foto ke kantor berita. Namun, jika diketahui
tempat dimana fotografer media lokal itu di bekerja dapat di sansi
berat.
Sedangkan
untuk kantor berita asing memberi kesepakatan harga per foto IRD 250
ribu. Standarisasi untuk foto kantor berita asing sebenarnya ada juga
yang mematok $ 40 per foto. Stringer atau kontributor kantor berita
media asing terdapat dua macam. Ada yang perbulanya mendapatkan uang
insentif yang berkisar antara 1,750 hingga 2,5 juta perbulan. Ditambah
dengan foto yang termuat selama satu bulan. Sedangkan yang ada juga yang
tidak mendapatkan uang bulanan. Hanya jumlah foto yang masuk saja yang
dihitung. Untuk perwakilan kantor berita asing di setiap Negara biasanya
hanya memiliki karyawan tetap satu yang diangkat karyawan. Selebihnya,
kantor berita asing tersebut mengontrak sejumlah fotografer. Biaya gaji
perbulan fotografer media asing yang dikontrak mendapatkan gaji 10 jt-20
juta. Berbeda untuk majalah internasional. Dalam satu hari penugasan
dapat memperoleh $ 500.
Sedangkan
untuk kantor berita Antara, gaji fotografer yang diangkat sebagai
karyawan sesuai golongan standar pegawai negeri sipil. Stringer untuk
LKBN Antara atau freelance (dibawah tahun 2011) dihitung foto yang
dikirimkan ke Antara, Nilai perfotonya 50 ribu, Sementara untuk
mengirimkan foto ke majalah nasional maupun internasional francise
tergantung pada besar kecilnya media tersebut. Rata rata fotografer yang
mengirim ke majalah tersebut biasanya dihargai antara 200 ribu hingga 1
jt. Meski pada akhirnya tergantung dari nama besar. Hal
ini, menjadi kendala fotografer banyak yang tidak tertarik mengirimkan
ke majalah. Sebab, mereka memperhitungkan nilainya sangat kecil jika
dibandingkan kebutuhan untuk transportasi dan penginapan yang dia
dikeluarkan. Makanya banyak yang mengeluh ketika hunting ke suatu tempat
habis jutaan rupiah, fotonya hanya dihargai 200 ribu. Namun, ada juga
yang mengejar nama dulu agar dikenal lewat media. Oleh karena itu, di
Indonesia tidak banyak fotografer. Sebab, pendapatannya terbilang
kecil.
Post a Comment
0 Comments