buku
Sepenggal Kehidupan di Dolly menjelang pagi
Sepenggal Kehidupan di Dolly menjelang pagi
Oleh Dr. Yuyung Abdi
Tengah malam, saya datang ke lokalisasi prostitusi Dolly di
Surabaya bersama Kristupa Saragih (alm) Fotografer.net, tahun 2004.
Menghabiskan waktu sekitar 3,5 jam berkelana di Dolly ditemani Mas Iwan
sebagai sosok disegani di Kawasan itu. Kedatangan malam di Kawasan red light districtSurabaya
kala itu, saya sengaja memilih waktu selepas pukul 00.00. Keinginan
saya menyaksikan bagaimana aktivitas perempuan penjual jasa seks ini
usai kerja. Begitu juga menyaksikan bagaimana suasana Dolly akhir malam.
Duduk
di tempat parkir Wisma Ratu Kembar, Dolly. Bercengkrama dengan pelayan
(calo) menayakan cerita seputar pekerja seks di Dolly. Waktu mulai
larut, saya menyusuri dari wisma ke wisma. Saya memotret dari wisma ke
wisma dengan hidden camera. Setelah itu, kami memutuskan masuk di
tempat pijat plus, Jalan Girilaya, masih di Kawasan Dolly. Saya masuk
dan menyaksikan, masih banyak perempuan duduk di sofa merah, etalase
meski malam mulai beranjak pagi. Sebagaian berdiri dan duduk di tempat
lain. Perempuan yang tidak lagi duduk di sofa menandakan bahwa ia sudah
lebih banyak menerima tamu.
Saya
memilih perempuan terapis yang tengah berdiri. Ketika masuk kamar
tempat pijat sekelas Dolly, memang tidak terlalu istimewa. Ada tempat
tidur pemijatan di sampingnya dilengkapi bath uplama. Di kamar
ini lampu sengaja dibuat redup. Dari awal, saya bercerita tentang
penelitian saya. Saya memberi tip besar agar ia tidak menawarkan jasa
seks kepada saya. Sebaliknya saya ingin menawarkan perempuan itu untuk
saya foto dan bercerita untuk saya. Namun, intensitas cahaya terlalu
minim. Ketika saya meminta untuk lebih diterangkan pun, tak bisa
dipenuh. Saya lanjutkan memotret foto dengan cara hidden camera.
Mengambilnya dilakukan dengan cara memasukkan kamera ke dalam tas khus
dilobangi dan dipasang kaca gelap. Cuman, kesulitannya secara teknis
tidak bisa dilakukan. Mengingat butuh shutter speed lebih 5 detik.
Lantas,
saya keluar kamar. Berdiri di sekitar lorong kamar-kamar seolah sedang
menunggu Kristupa Saragih keluar kamar. Dilihat saya berdiri, salah satu
terapis memberi tahu bahwa temannya sudah keluar. “Oh ya, mbak. Gak
papa, saya di sini saja,” timpalku. Saya melihat, banyak terapis sudah
bergegas pulang. Dijemput pasangannya maupun pulang sendiri di tempat
kosnya. Saya menyaksikan anak kecil tidur pulas. sendirian di sofa
merah, etalase. Saya melihat waktu sudah pukul 03.00. Sofa itu tempat
perempuan duduk untuk dipilih dari sore hingga malam. Anak kecil ini,
anak dari penjaga wisma. Ia bisa tidur, saat semua perempuan
meninggalkan sofa merah itu. Menyaksikan adegan itu, betapa anak harus
menunggu untuk tidur setelah perempuan terapis itu pulang. Betapa anak
kecil itu harus berhubungan dengan perempuan dunia malam yang bukan
dunianya.
Foto itu lah yang saya jelaskan dalamtalk showdi acara launchingbuku
berjudul My Flat World. Dr. D. Agung Krisprimandoyo, IR, MM., EFIAP,
AFPSI* PPSA, Direktur Ciputra Grup di Atrium Mall Ciputra World,
Surabaya, tanggal 13-19 Januari 2020 melaunching buku karyanya berjudul
My Flat World. Pada acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai talk showberberapa fotografer. Saya diundang pada kesempatan ini guna memberi talk showfotografi berjudul “Kisah perjalananku ke tempat prostitusi 60 kota di Indonesia”
Alhamdulillah,
ada yang tertarik membeli buku prostitusi kisah 60 daerah di Indonesia,
di acara ini, yakni Paulus Yohanes Terry Sugito, Thareq Dipa, Rudy
Trianda, Jadicomm EO, Opie & Patrick Manurun, Dimas Surya H, Michael
Aditya, Minarni dan Gathot Subroto.
Post a Comment
0 Comments